Esok Mungkin Bersama-Mu
Indah berbalut tawa
Senyum berpeluk materi
Talenta berpeluk prestasi
Paras berpeluk kecantikan
Dan jiwa berpeluk angan akan kesenangan
Bagaimana?
Ketika senyum habis dimakan waktu
Prestasi hanya sekedar nama
Cantik hanya tinggal bekas yang percuma
Senyum berpeluk materi
Talenta berpeluk prestasi
Paras berpeluk kecantikan
Dan jiwa berpeluk angan akan kesenangan
Bagaimana?
Ketika senyum habis dimakan waktu
Prestasi hanya sekedar nama
Cantik hanya tinggal bekas yang percuma
Masih kah kau bangga?
Dari kenikmatan yang diberikan-Nya
Nyatanyankau anggap sia sia
Masihkah kaubtertawa?
Katika waktu sudah sampai di depan mata
Masihkah kau bahagia?
Jika pakaian indahmu yang sementara
Berubah menjadi kain putih
Yang kau kenakan selamanya
Dari kenikmatan yang diberikan-Nya
Nyatanyankau anggap sia sia
Masihkah kaubtertawa?
Katika waktu sudah sampai di depan mata
Masihkah kau bahagia?
Jika pakaian indahmu yang sementara
Berubah menjadi kain putih
Yang kau kenakan selamanya
Kembali....
Kembalilah
Kepada-Nya yang membuatmu teduh
Kepada-Nya yang memberikanmu cinta
Dari pada-Nya
Yang memberi kau anugerah
Yang belum sempat kau mensyukurinya
Kembalilah
Kepada-Nya yang membuatmu teduh
Kepada-Nya yang memberikanmu cinta
Dari pada-Nya
Yang memberi kau anugerah
Yang belum sempat kau mensyukurinya
Hingga nanti tiba
Mata ini tertutup
Tertutup dalam kehinaan
Tertutup dalam kemungkaran
Mencoba berteriak dengan resah
Meminta ampun berteriak
Dan berteriak
Tetapi kita lupa
Waktu telah samapi di depan mata
Dengan persiapan diri menghadap-Nya
Menangis penuh kecewa
Akhirnya.....
Putusan allah telah sampai
Sampai pada puncaknya
Maka yang tertinggal
Adalah penyeslan yang sia-sia
Sekedar info mengenai penulis
Hamidi Azis Nasution sang Pelakon kehidupan. Berdarah Batak, besar dinegeri melayu riau. Mungkin sampai sekarang saya adalah tokoh yang masih penuh dengan mimpi di Indonesia. tidak banyak orang yang mengerti mengenai perjalanan hidup saya, jatuh bangunnya perjuangan yang dirasakan merupakan rujukan hidup yang sesungguhnya.
Seorang ibu pengendali dibelakang saya seorang ibu yang mampu mengkokohkan tungkai perjalan hidup ini. apa lah anti perjuangan tanpa pengharapan.
Mata ini tertutup
Tertutup dalam kehinaan
Tertutup dalam kemungkaran
Mencoba berteriak dengan resah
Meminta ampun berteriak
Dan berteriak
Tetapi kita lupa
Waktu telah samapi di depan mata
Dengan persiapan diri menghadap-Nya
Menangis penuh kecewa
Akhirnya.....
Putusan allah telah sampai
Sampai pada puncaknya
Maka yang tertinggal
Adalah penyeslan yang sia-sia
Sekedar info mengenai penulis
Hamidi Azis Nasution sang Pelakon kehidupan. Berdarah Batak, besar dinegeri melayu riau. Mungkin sampai sekarang saya adalah tokoh yang masih penuh dengan mimpi di Indonesia. tidak banyak orang yang mengerti mengenai perjalanan hidup saya, jatuh bangunnya perjuangan yang dirasakan merupakan rujukan hidup yang sesungguhnya.
Seorang ibu pengendali dibelakang saya seorang ibu yang mampu mengkokohkan tungkai perjalan hidup ini. apa lah anti perjuangan tanpa pengharapan.
Comments
Post a Comment