Ayah? Engkau Malaikat Tak Bersayap

Ayah memang tidak pernah mengandungmu, tapi dalam darahmu mengalir darahnya. Engkau anak kandungnya, orang yang paling dicintainya.

Ayah memang tidak pernah melahirkanmu, tapi senyum manisnyalah yang pertama kali engkau lihat ketika terlahir di dunia. Engkau kebahagiaannya, sumber tawa dan juga tangisnya.

Ayah memang tidak pernah menyusuimu, tapi dari jerih payah keringatnyalah setiap suapan yang menjadi air susumu. Engkau energi kehidupannya, salah satu alasan terbesarnya untuk terus hidup.

Ayah memang tidak pandai menina-bobokanmu agar kau tertidur, tapi dialah yang menjamin kau tetap aman dalam lelapmu. Engkau adalah amanah Allah, titipan berharga yang dijaga dengan taruhan nyawanya.

Ayah memang tidak menggendongmu selama ibumu, mendekapmu seerat ibumu, tapi yakinlah ia akan menjadi orang terakhir yang terus berdiri mencintaimu, disaat semua orang beranjak meninggalkanmu. Engkau bagian dari raganya, permata di dalam hatinya.

Ayah tidak pernah kau lihat menangis, bukan karena hatinya keras, bukan pula karena ia tak memiliki kesedihan apapun, tapi agar kau tetap percaya, dia kuat untuk kau bisa bergantung dilengannya. Bahkan ketika engkau nanti sudah mampu mandiri membangun hidup, engkau akan selalu menjadi bayi termungilnya.
Sayangi dan hormati ayahmu.

Memang surga ada ditelapak kaki ibu, tapi tidak ada surga untukmu tanpa keridhaannya. Tidak ada keberkahan tanpa restu dan do'a-do'a yang mengiringi tiap ikhtiarmu.
Memang kau diminta mendahulukan ibumu, tapi ayahmu adalah jiwa raga ibumu. Jagalah dua surga yang senantiasa menyayangimu tanpa syarat, mencintaimu tanpa sedikitpun berkarat.

Wahai ayah, aku tidak ingin mencintaimu, karena aku terlalu takut untuk kehilanganmu. Tapi jika cinta ini menjadi syarat keridhaanmu padaku, keridhaanNya padaku, maka izinkan aku mencintaimu karena Allah.
Ya Allah berikanlah kebahagiaan, rezeki yang mudah dan surga bagi setiap ayah di dunia ini.

Sekedar info mengenai penulis

Hamidi Azis Nasution sang Pelakon kehidupan. Berdarah Batak, besar dinegeri melayu riau. Mungkin sampai sekarang saya adalah tokoh yang masih penuh dengan mimpi di Indonesia.  tidak banyak orang yang mengerti mengenai perjalanan hidup saya, jatuh bangunnya perjuangan yang dirasakan merupakan rujukan hidup yang sesungguhnya.

Seorang ibu pengendali dibelakang saya seorang ibu yang mampu mengkokohkan tungkai perjalan hidup ini. apa lah anti perjuangan tanpa pengharapan.

Comments

Popular posts from this blog

Laporan Praktikum Statistik ANOVA

Lirik Letra de Échame La Culpa Dan Arti Indonesia

Maaf jika aku tak seasik dulu